NALEA
Karya:Sungging Raga
Tidurlah, Nalea. Esok kita
abadi.
Gadis kecil itu memucat,
bibirnya membiru karena dingin. Hujan belum juga reda sejak sore tadi. Jalanan
basah dan sebagiannya menampakkan genangan pekat seperti menandakan begitu
kelamnya kehidupan di kota ini.
"Ini, pakai jaket,"
kata ayahnya. Lelaki itu menyentuh kening Nalea, dan memang terasa
hangat."sepertinya kamu masuk angin."
Mereka sedang berteduh
dietalase toko. Kemilau basah lampu-lampu jala, papan reklame, juga sorot mobil
dan motor, semua adalah cahaya yang menyelingi udara dingin disekujur kota
Nalea masih berbarig di
pangkuan lelaki it. Iaberkeringat, membuat helai rambutnya menempel di kening.
Napasnya berat matanya setengah terpejam. Lelaki itu tak bisa membayangkan
perasaan anak gadisnya setelah segala kejadian yang mereka alami: Kios
seserhana mereka diangkut petugas penertiban siang tadi.
Siang itu, Nalea sedang duduk
di pinggiran taman kota. Seperti biasa, ia berkumpul dengan bocah sebayanya
yang berpakaian lusuh. Adakah yang lebih menyenangkan melihat beberapa anak
kecil tertawa riang, yang bahkan giginya belum lengkap, tapi tetap bisa merasa
bahagia meskipun kehidupan ini sesungguhnya teramat keras? Namun, begitulah
kebahgiaan mereka mendadak berhenti ketika mendengar suara keributan tak jauh
dari arah belakang. Tampak beberapa petugas berseragam turun dari mobil.
Rupanya hari itu ada penertiban preman, pengamen, dan pedagang asongan.
"Weh, ada satpol!"
Nalea segera teringat kios
ayahnya yang berjarak sekitar 200 meter dari situ. Ia pun langsung berlari,
menyebrang jalan, mengejutkan beberapa pengendara mobil yang lantas membunyikan
klakson berkali-kali.
Nalea teruz berlari. Ia
melewati pedagang soto, pejalan kaki, tukang becak, tukang ojek yang sedang
sibuk dengan gadget, dan orang-orang lain yang tak ada hubungannya dengan
cerita ini. Namun, ada dua orang petugas yang terus mengejarnya.
Gadis itu pun sampai disebuah
kios kecil. Ia membuka pintu samping kios, membangunkan seorang lelaki yang
tengah tidur berbalut sarung.
"Ayah! Ayah! Aku dikejar
satpol."
"Ha?" Dalam keadaan
setengah sadar, lelaki itu lantas meminta Nalea masuk. Namun hanya berselang
beberapa detik sampai dua petugas itu menemukannya.
"Oh, jadi kalian
tinggalnya disini,"salah seorang petugas berkata, lalu mengambil HT,
"Mobil kesini,200 m arah barat. Ada kios yang harus di angkut."
Dalam keadaan masih tampak
pusing, ayah Nalea mengajak anaknya segera membereskan beberapa barang seperti
buntalan baju, rafio, dan tas. Mereka
harus buru-buru pergi jika tak ingin dibawa ke panti sosial.
"Lho, hei mau
kemana?"
Lelaki itu menggendong Nalea
dan segera menyelinap di pagar. Maka keduanya pergi, sambil sesekaali menoleh
pda petugas yang sibuk merobohkan kios-kios semi permanen itu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar