Unsur-unsur
Intrinsik Cerpen (Cerita Pendek)
Unsur-unsur Intrinsik Cerpen (Cerita Pendek)
Untuk menyelesaikan sebuah cerpen, tidak membutuhkan waktu yang lama. Kisahnya
yang cenderung pendek dan kompleks kerap membuat pembacanya cepat terhanyut. Cerpen
merupakan karya sastra yang dirancang untuk habis dibaca dalam sekali duduk. Meski
kisah yang dihadirkan cenderung pendek, menulis cerpen bukanlah hal yang mudah.
Penulis cerpen perlu berpikir bagaimana cara mengemas cerita dengan singkat dan
jelas. Karya sastra yang satu ini bisa menjadi media yang cocok bagi kamu yang
ingin mengungkapkan ide.
Pengertian Cerpen
Sumber: weheartit.com
Cerita pendek atau yang kerap disingkat cerpen merupakan salah satu
bentuk karya sastra. Bisa dibilang cerpen adalah seni keterampilan menyajikan
cerita dalam satu kesatuan.
Seperti namanya, cerpen merupakan kisah pendek yang memusatkan fokus
pada seorang tokoh dalam satu situasi tertentu. Bisa disimpulkan bahwa cerpen
adalah bentuk karya sastra yang berkonsentrasi menampilkan sebuah peristiwa
atau kejadian.
Karya sastra yang satu ini juga kerap disebut sebagai fiksi prosa yang
terdiri tidak lebih dari 10.000 kata saja. Secara umum, cerpen mengisahkan
permasalahan yang tidak terlalu rumit tetapi tetap mengandung pesan dan amanat
untuk para pembaca.
Kemudian kisah yang disajikan cerpen relatif singkat dan tidak
benar-benar terjadi di dunia nyata. Kisah tentang narasi tunggal dengan
struktur yang lengkap, mulai dari perkenalan, permasalahan, hingga penyelesaian
masalah menjadi susunan penulisan cerita pendek.
Struktur Cerpen
Untuk mengenal lebih dalam mengenai karya sastra cerita pendek, artikel
ini akan membawamu mengetahui struktur yang diperlukan dalam membuat cerpen.
Karya sastra cerpen tentu memiliki struktur atau elemen dasar pembentuknya.
Struktur cerpen dibutuhkan untuk menyusun sebuah cerita atau kisah yang
padu. Simak penjelasan berikut ini untuk mengetahui struktur atau elemen dasar
yang membangun cerpen.
1.
Orientasi
Struktur pembentuk cerpen yang kedua ialah
orientasi. Bagian ini difungsikan untuk memperkenalkan latar cerita atau setting, baik waktu, tempat maupun peristiwa.
Orientasi atau yang kerap dianggap pengenalan situasi cerita mulai menata
berbagai adegan, memperkenalkan tokoh, dan menjelaskan hubungan tokoh satu sama
lain.
2.
Komplikasi
Struktur pembentuk cerpen selanjutnya adalah
komplikasi. Elemen dasar yang satu ini menjadi bagian dimana berbagai konflik
mulai muncul. Konflik yang dihadirkan dalam cerpen biasanya berwujud masalah,
pertentangan, dan kesukaran-kesukaran bagi tokoh utama.
Pada bagian komplikasi kerap menampilkan penjelasan
bagaimana sebab-akibat konflik yang terjadi antartokoh. Kemudian konflik yang
terjadi mulai membentuk, mengubah atau memperlihatkan karakter tokoh yang
sebenarnya.
3.
Resolusi
Pada bagian resolusi menjelaskan bagian akhir
cerita mengenai berbagai sikap atau nasib yang dialami tokoh setelah mengalami
peristiwa puncak. Struktur cerpen yang satu ini menghadirkan akhir dari
penyelesaian atau konflik secara utuh. Kemudian resolusi juga kerap menampilkan
kondisi akhir yang dialami tokoh utama dalam cerita.
Unsur Intrinsik Cerpen
Unsur-unsur intrinsik dalam cerita pendek, meliputi tokoh dan penokohan,
alur cerita, latar, sudut pandang, tema, amanat, dan gaya. Berikut ini adalah
penjelas lengkap mengenai unsur intrinsik dalam sebuah cerpen.
1. Tema
Tema menjadi salah satu unsur penting dalam
membangun sebuah cerita. Secara sederhana, tema merupakan gagasan sentral,
dasar cerita, dan makna cerita.
Dapat disimpulkan bahwa tema ialah gagasan pokok
yang ingin digambarkan penulis, baik secara tersurat maupun tersirat. Tema
dalam sebuah cerpen dapat ditentukan dalam beragam cara, yakni sebagai berikut.
·
Pertama, tema dalam sebuah
cerpen menghubungkan isi cerita secara keseluruhan dengan judulnya.
·
Kedua, tema akan menyingkap
makna kalimat atau dialog kunci yang hadir dalam penceritaan.
·
Ketiga, tema dapat
ditentukan lewat persoalan paling menonjol dan paling banyak menimbulkan
konflik dalam lahirnya peristiwa cerita.
2.
Tokoh dan Penokohan
Salah satu aspek penting dalam membangun sebuat
cerita fiksi, termasuk cerita pendek ialah tokoh atau pelaku. Ketika membaca
atau menganalisis sebuah cerpen, kita kerap mempertanyakan “siapa tokoh
pelakunya” atau “peristiwa yang terjadi menimpa siapa”. Individu rekaan yang
mengalami peristiwa di dalam cerita disebut tokoh.
Tokoh dalam sebuah cerita terbagi menjadi dua, yakni tokoh utama atau
sentral dan tokoh bawahan. Tokoh utama atau protagonis memegang peranan penting
dalam sebuah cerita.
Kemudian terdapat kriteria khusus untuk menentukan tokoh utama. Apakah
frekuensi kemunculan tokoh menentukan? Jawabannya tidak. Kriteria khusus untuk
menentukan tokoh utama, yakni terlihat dari intensitas keterlibatan tokoh dalam
berbagai peristiwa yang dibangun.
Unsur penokohan yang digunakan penulis berfungsi melukiskan apa yang
dilihat, dipikirkan, didengar, dialami, dan dirasakan oleh tokoh-tokoh dalam
cerita. Berkaitan dengan penokohan, penciptaan citra tokoh dan penyajian watak
tokoh menjadi ciri utama penokohan.
Bisa dikatakan bahwa penokohan merupakan gambaran atau pelukisan yang
jelas mengenai seseorang yang ditampilkan dalam sebuah cerita. Penggambaran
tokoh dalam cerita umumnya bersifat masuk akal dan logis sehingga terasa
seperti benar-benar terjadi.
Ada beberapa cara yang digunakan penulis untuk menggambarkan setiap
tokoh dalam ceritanya. Beragam cara yang digunakan dapat membantu pembaca
menganalisis unsur-unsur penokohan dalam cerita. Penggambaran penokohan
dilakukan dengan beragam cara sebagai berikut.
·
Melalui perilaku atau
gerak-gerik tokoh yang bersangkutan.
·
Melalui dialog antartokoh
yang bersangkutan.
·
Sifat-sifat yang
digambarkan oleh penulis.
·
Pelukisan lingkungan tempat
tinggal tokoh, seperti tempat belajar, kamar, kolong jembatan, dan sebagainya.
·
Berbagai pandangan tokoh
lain mengenai perilaku dan sikap tokoh yang bersangkutan.
3. Latar
Latar atau dalam padanan bahasa Inggris
disebut setting merupakan sebuah petunjuk, keterangan yang
berkaitan erat dengan penggambaran tempat, waktu, dan peristiwa atau suasana
kejadian yang berlangsung. Kemudian latar atau setting kerap
diartikan sebagai landasan yang merujuk pada pengertian tempat, lingkungan
sosial, dan hubungan waktu peristiwa yang diceritakan.
Dapat disimpulkan bahwa latar atau setting dibedakan atas latar tempat, latar waktu,
dan latar sosial. Latar atau setting juga
diyakini mampu memberikan pijakan cerita secara jelas dan konkret.
Hal tersebut penting dilakukan untuk memberikan
kesan yang realistis kepada pembaca dalam menggambarkan suasana tertentu. Kesan
realistis yang tercipta nantinya akan memberikan efek seolah-olah suasana yang
dibangun benar-benar terjadi.
Latar atau setting tak
hanya memberikan gambaran yang jelas mengenai peristiwa yang terjadi. Latar
juga membantu penulis memberikan gambaran yang jelas tentang watak-watak tokoh
yang dihadirkan.
4. Alur cerita
Unsur intrinsik selanjutnya ialah alur atau plot
cerita yang menjadi elemen fundamental dari sebuah cerita. Alur cerita atau
yang kerap disebut plot hadir sebagai ruh atau jiwa sebuah cerita rekaan.
Secara umum, alur merupakan rangkaian peristiwa
yang diceritakan penulis dari awal hingga akhir. Alur juga dapat diartikan
sebagai rangkaian peristiwa yang terjalin dengan saksama dan diyakini mampu
menggerakkan jalan cerita melalui berbagai kerumitan ke arah klimaks hingga
menemukan penyelesaian.
Peristiwa yang terjalin nantinya akan memberikan
efek tertentu dalam sebuah cerita. Lalu, bagaimana jalinan peristiwa itu dapat
terwujud?
Jalinan peristiwa yang ditampilkan dapat terwujud
melalui hubungan waktu dan hubungan sebab akibat dalam cerita. Jadi, dapat
disimpulkan bahwa alur cerita atau plot adalah jalinan peristiwa atau struktur
gerak yang terjadi dan saling berhubungan untuk membentuk satu kesatuan cerita.
5. Sudut Pandang
Sudut pandang atau dalam padanan bahasa Inggris
disebut point of view merupakan salah satu unsur intrinsik
pembangun cerita. Sudut pandang atau point of view dalam
cerpen akan membicarakan hubungan yang terjalin antara penulis dan alam kreatif
imajinasinya atau hubungan penulis dan perasaan pembacanya.
Sudut pandang juga dapat berarti sebagai posisi
pencerita dalam membawakan kisah sebuah karya sastra. Posisi pencerita tidak
selalu identik dengan penulis itu sendiri.
6. Amanat
Dalam hal berkarya, penulis tentu tak sekadar
bercerita. Penulis juga ingin menyisipkan atau mengatakan sesuatu kepada
pembacanya.
Maksudnya adalah penulis menaruh suatu masalah atau
pandangannya mengenai kehidupan. Secara umum, pembuatan karya sastra akan
memuat amanat atau pesan moral di dalamnya.
Amanat atau pesan moral yang terkandung tentu ingin
disampaikan penulis kepada pembaca atau pendengarnya. Kemudian amanat atau
pesan moral yang termuat dapat bersifat tersurat maupun tersirat.
Amanat atau pesan moral yang tersurat biasanya akan
disampaikan penulis pada tengah atau akhir cerita dengan menyampaikan saran,
nasihat, seruan, anjuran, dan larangan yang berkenaan dengan tema yang
mendasari. Sementara amanat atau pesan moral yang tersirat dalam cerpen
biasanya akan disampaikan penulis dalam memberikan jalan keluar dan disiratkan
melalui tingkah laku tokoh dalam cerita.