Jumat, 25 November 2022

Merdeka Belajar

 Pada tulisan kali ini, saya akan berbagi tentang pemahaman saya tentang topik Merdeka Belajar dari pelatihan mandiri yang saya ikuti melalui Platform Merdeka Mengajar (PMM). Sekaligus sebagai resume dan bentuk Aksi nyata setelah mengikuti pelatihan tersebut.

Semoga tulisan ini dapat menambah wawasan dan pengetahuan tentang merdeka belajar bagi siapa pun yang membaca artikel ini.

Pada pelatihan ini terdapat 5 modul yang disajikan untuk kita pelajari dalam platform merdeka mengajar (PMM), yaitu:

  1. Mengenali diri dan perannya sebagai pendidik
  2. Mendidik dan mengajar
  3. Mendampingi Murid dengan Utuh dan Menyeluruh
  4. Mendidik dan Melatih Kecerdasan Budi Pekerti
  5. Pendidikan yang Mengantarkan Keselamatan dan Kebahagiaa
Setiap modul dipaparkan dalam penjelasan dalam video, kemudian di akhir video terdapat latihan pemahaman dan ditutup dengan cerita reflektif yang harus kita tulikan sebagai refleksi dari pemaparan yang telah diberikan.

Bagi Anda yang berprofesi sebagai guru maupun kepala sekolah, Anda bisa mengakses pelatihan tersebut melalui aplikasi merdeka belajar yang bisa di download di play store atau dapat pula melalui web browser dengan mengakses link https://guru.kemdikbud.go.id/. Kemudian silahkan login menggunakan akun belajar.id yang diberikan pemerintah. Kemudian pilihlah pelatihan mandiri dan pilih topik merdeka belajar.

Baik, selanjutnya mati kita akan bahas kelima modul tersebut satu persatu.

Modul 1: Mengenali Diri dan Perannya Sebagai Pendidik

Dalam modul 1 ini terdapat 2 materi yakni; Apa Peran Saya Sebagai Guru dan Ingin Menjadi Guru Seperti Apa Saya

Sebagai Pendidik tentu sudah seharusnya mampu mengenali karakteristik dan kebutuhan murid. Akan tetapi hal yang paling mendasar juga harus dimulai dari diri sendiri yaitu mengenali kekuatan dan kelemahan diri. Selanjutnya kita dapat menggunakan kekuatan tersebut serta meminimalkan kelemahan diri kita dalam mendidik dan mengajar siswa-siswa kita baik di sekolah maupun di luar sekolah.

Guru mengikuti Bimtek Kurikulum Merdeka sebagai upaya untuk selalu mengikuti perkembangan ilmu dan teknologi serta bersiap menghadapi perubahan. Sebagai contoh: Saat ini kita berada pada era digital. Di mana pada era ini terjadi digitalisasi dalam berbagai aspek kehidupan termasuk pada dunia pendidikan. Saat ini, hampir semua aspek pendidikan sudah dapat di akses dan dilaksanakan secara daring (online) baik melalui aplikasi, media sosial ataupun internet. Sehingga secara tidak langsung, sebagai guru kita harus siap menyesuaikan diri dengan perkembangan ilmu dengan teknologi yang akhirnya mengharuskan kita untuk belajar dan mengembangkan diri lebih lanjut tentang teknologi untuk pendidikan serta pemanfaatannya dalam pembelajaran. Agar kita tidak tertinggal oleh zaman.

1.1 Apa Peran Saya Sebagai Guru/pendidik?

Pada materi pertama membahas tentang peran kita sebagai pendidik. Tidak bisa dipungkiri bahwa peran pendidik amatlah penting bagi perkembangan murid. Sebagai pendidik, kita harus mengetahui peran penting kita dalam dunia pendidikan khususnya pada pembelajaran yang kita lakukan. Kita harus terus berinovasi dalam mengembangkan pembelajaran yang menarik, inovatif, menyenangkan yang juga mengakomodasi konsep merdeka belajar.

Penting sekali bagi seorang pendidik untuk terus mengembangkan kemampuan diri, baik secara keilmuan, pendalaman materi, serta inovasi pembelajaran. Sehingga kita bisa berperan secara maksimal dalam mendidik siswa.

1.2 Ingin Menjadi Guru Seperti Apa Saya?

Terdapat istilah dari orang-orang terdahulu yaitu, “Guru kencing berdiri, murid kencing berlari”, yang artinya seringkali siswa terinspirasi dari Ibu dan Bapak gurunya. Tentu sebagai pendidik, kita ingin memberikan pengaruh-pengaruh yang baik di masa depan siswa. Kita harus memproyeksikan diri, menjadi guru seperti apa di masa depan? Agar siswa bisa meneladani dari setiap sikap dan perilaku baik, serta pola pikir kita yang inovatif dan menginspirasi dengan harapan mereka bisa menerapkan dalam kehidupannya.

Saat ini, inovasi pembelajaran amatlah penting dalam menciptakan suasana belajar yang menyenangkan dan nyaman. Seihngga jika siswa nyaman belajar dengan kita, kita akan lebih mudah dalam menanamkan karakter-karakter baik yang sesuai dengan profil pelajar pancasila. Oleh karena itu, kita sebagai pendidik dituntut untuk selalu belajar dan berinnovasi.

Modul 2: Mendidik dan Mengajar

Dalam modul 1 ini terdapat 3 materi yakni; Mendidik Menyeluruh, Pendidikan Selama Satu Abad, Menjadi Manusia Secara Utuh

2.1 Mendidik Menyeluruh

Selama ini kita selalu yakin dan percaya bahwa sekolah dan pendidikan merupakan tempat bagi siswa untuk menyiapkan bekal dalam menghadapi masa depan. Pertanyaannya, Apakah hal-hal yang kita lakukan setiap hari di ruang kelas bisa membantu murid menyiapkan masa depannya? Apakah praktik mengajar kita sudah cukup membantu siswa menyiapkan bekal itu? Sejauh mana kita bisa mengisnpirasi? Sejauh mana kitabisa membangun karakter mereka?

Untuk jawabannya kita dapat melihat kembali aktivitas kita selama mengajar dikelas kemudian di evaluasi dan ditingkatkan kembali. Atau mungkin dikembangkan lagi praktik-praktik baik dalam mengajar di kelas hingga kita menemukan sebuah formula yang sesuai untuk digunakan dalam pembelajaran di kelas tersebut, karena kita harus memahami bahwa setiap unik, sehingga satu metode mungkin cocok bagi sebagian siswa namun belum tentu cocok bagi siswa lainnya. Sehingga kita perlu melihat kondisi siswa kita dan menyesuaikan pembelajaran kita sesuai dengan kondisi siswa agar kebutuhan anak akan belajar benar-benar terpenuhi.

2.2 Pendidikan selama satu abad

Pada materi ini, kurang lebih hampir sama dengan materi yang pertama. Yang intinya sejauh mana kita bergerak, kita belajar, kita berinovasi, kita mengembangkan diri dan pembelajaran untuk memenuhi kebutuhan belajar siswa yang mana hakekat dari belajar adalah belajar tanpa henti. Sampai kapanpun kita akan terus belajar.

2.3 Menjadi Manusia Secara Utuh

Manusia memiliki dua kebutuhan dasar yaitu kebutuhan lahir dan batin. pendidikan seyogyanya dapat memenuhi kebutuhan tersebut. Bagaimana peran pendidik dalam memenuhi kebutuhan lahir dan batin peserta didik untuk mencapai selamat dan bahagia? Apakah cara mendidik dan mengajar kita sudah memenuhi kebutuhan murid tersebut?

Modul 3: Mendampingi Murid dengan Utuh dan Menyeluruh.

Dalam modul 3 ini terdapat 2 materi yakni; Kodrat Murid dan Azas Trikon

3.1 Kodrat Murid

Sebagai pendidik yang bertanggung jawab untuk mendampingi tumbuh kembang murid, tentu harus memperhatikan beberapa hal terkait latar belakang muridnya. Dalam melakukan pembelajaran di kelas, perlu diperhatikan 3 hal terkait perbedaan latar belakang muridnya, yaitu: Kodrat keadaan, kodrat alam dan kodrat zaman.

3.1.1 Kodrat keadaan

Pendidikan itu sangat dinamis, menyesuaikan keadaan yang terus bergerak begitu cepat. Sebagai guru perlu mengantisipasi dan membaca arah perubahan tersebut. Lalu bagaimana kita sebagai pendidik bisa mengemudikan laju pendidikan yang sesuai dengan kodrat keadaan itu. Apakah cara mengajar kita sudah menyesuaikan dengan keadaan saat ini?

3.1.2 Kodrat Alam

Setiap murid dilahirkan dengan kodrat alam yang berbeda-beda. Ada yang tinggal di perkotaan, pedesaan, pantai, gunung, dan lain-lain. Sebagai pendidik harus memahami kodrat alam dari masing-masing murid dan bagaimana memberikan pengalaman-pengalaman belajar sesuai dengan kodrat alam yang dimiliki siswa.

3.1.3 Kodrat Zaman

Perubahan zaman merupakan suatu hal yang tidak bisa kita cegah. Zaman berubah, cara kita dalam mendidik dan mengajar pun harus diburah menyesuaikan dengan situasi dan perkembangan zaman. Sebagai pendidik kita dituntut untuk bisa mendidik dan mengajar siswa sesuai dengan perkembangan zaman.

3.2 Azas Trikon

Di antara beberapa azas pendidikan yang perlu diketahui oleh seorang pendidik antara lain, azas trikon. Sudah pernah dengar bukan? Mari kita lanjutkan ulasannya!

Asas Trikon dianggap menjadi jawaban yang tepat menuju pembelajaran yang berpihak kepada murid. Dengan Trikon (kontinyu, konvergen dan konsentris) guru dapat merancang pembelajaran yang berkelanjutan, terbuka dan berdasarkan kebudayaan bangsa. Seorang pendidik harus memahami asas Trikon dan praktiknya dalam pembelajaran.

Azas Trikon yang pertama adalah Kontinuitas, maksudnya tidak melupakan akar nilai budaya. Dalam pembelajaran selalu diselipkan nilai-nilai budaya positif yang ada dalam masyarakat.

Azas Trikon yang kedua adalah Konvergeni, maksudnya pendidikan harus memanusiakan manusia. Dalam pembelajaran, guru harus menghargai dan memberikan apresiasi kepada peserta didik, sekecil apapun prestasi yang ditunjukkan.

Azas Trikon yang ketiga adalah Konsentris, maksudnya pendidikan itu harus menghargai keberagaman dan memerdekakan siswa, ini harus kita terapkan dalam pembelajaran.

Dalam pembelajaran guru harus menghargai keberagaman peserta didik. Keberagaman menyangkut latar belakang keluarga, ekonomi, termasuk keterbatasan fisik. Hal ini menyangkut gaya belajar anak yang harus kita ketahui dan bagaimana cara menerapkannya dalam pembelajaran.

Modul 4: Mendidik dan Melatih Kecerdasan Budi Pekerti

Dalam modul 4 ini terdapat 2 materi yakni; Budi Pekerti dan Teori Konvergensi dan Pengaruh Pendidikan

4.1 Budi Pekerti

Setiap peserta didik memiliki kecerdasan berpikir masing-masing. Kecerdasan berpikir peserta didik harus dapat mengembangkan budi pekerti atau watak murid yang tidak hanya dibentuk di sekolah, tetapi dalam keluarga dan lingkungannya. Sebagai pendidik harus memahami bagaimana watak atau budi pekerti diasah dan dilatihkan ke murid.

4.2 Teori Konvergensi dan Pengaruh Pendidikan

Teori ini berpendapat bahwa hal yang dominan dalam pendidikan anak adalah faktor bawaan atau hereditas. Dalam hal ini setiap anak membawa potensi yang diperoleh secara genetis dari pendahulunya termasuk ayah dan ibunya. Fungsi pendidikan adalah mengembangkan potensi bawaan anak yang positif dan menyamarkan potensi bawaan anak yang negatif.

Modul 5: Pendidikan yang Mengantarkan Keselamatan dan Kebahagiaan

Dalam modul 5 ini terdapat 2 materi yakni; Mengantarkan Murid Selamat dan Bahagia dan Menciptakan Lingkungan Pembelajaran Terbaik Murid

5.1 Mengantarkan Murid Selamat dan Bahagia

Dalam materi Mengantarkan Murid Selamat dan Bahagia ini ada 3 poin penting yang kita pelajari yaitu selamat dan bahagia, Sistem Among dan Merdeka Belajar Abad 21.

5.1.1 Selamat dan Bahagia

Pendidikan seharusnya dapat mengantarkan peserta didik untuk keselamatan dan kebahagiaan hidupnya. Pendidik tidak hanya mengajarkan materi pelajaran, tetapi mendorong murid untuk menemukan pemahaman bermakna yang relevan dengan kehidupannya.

5.1.2 Sistem Among

Sistem Among yang diciptakan Ki Hajar Dewantara yaitu: Ing Ngarsa Sung Tuladha, Ing Madya Mangun Karsa dan Tut Wuri Handayani.

Ing Ngarsa Sung Tuladha, berarti sebagai pendidik harus bisa menjadi teladan yang baik terkait sikap dan budi pekertinya sehari-hari terhadap peserta didik.

Ing Madya mangun Karsa, berarti sebagai pendidik harus bisa membangun semangat kepada peserta didik untuk giat belajar dan berbuat kebaikan.

Tut Wuri Handayani, berarti sebagai pendidik harus bisa memberikan dorongan kepada peserta didik untuk belajar hal-hal yang bermanfaat.

5.1.3 Merdeka Belajar Abad 21

Kompetensi yang diharapkan di abad 21 menjadi kompetensi yang perlu dimiliki murid untuk menghadapi tantanga-tantangan ke depan. Untuk mencapai itu, pendidikan yang memerdekakan peserta didik menjadi salah satu cara, murid merdeka dalam belajar, menggali keingintahuannya dengan bimbingan guru. Pendidik harus memahami bagaimana murid merdeka belajar untuk mencapai kompetensi abad 21.

5.2 Menciptakan Lingkungan Pembelajaran Terbaik Murid

Untuk menciptakan lingkungan pembelajaran yang baik, kita harus memahami bagaimana cara membimbing murid, bagaimana peran keluarga, sekolah dan masyarakat. Mari kita bahas lagi!

5.2.1 Membimbing Murid, memperbaiki bangsa

Guru membimbing dan mendampingi murid dalam proses belajarnya. Bukan hanya sekedar meningkatkan kecerdasan berpikirnya, melainkan juga secara tidak langsung berperan memperbaiki bangsa. Pendidik harus memahami bagaimana perannya dalam memperbaiki bangsanya.

5.2.2 Peran Keluarga, Sekolah dan Masyarakat

Kita sepakat bahwa pendidikan bukan hanya tanggungjawab guru di sekolah. Perlu kerjasama dan kolaborasi antara keluarga, sekolah dan masyarakat untuk mewujudkan lingkungan pembelajaran yang optimal dan kondusif bagi peserta didik.


Demikian pemaparan materi merdeka belajar yang saya peroleh dan saya pahami dari hasil pelatihan mandiri melalui platform merdeka mengajar. Pemaparan tersebut merupakan aksi nyata saya yang saya lakukan untuk menyebarkan pemahaman hasil dari pelatihan mandiri di Platform Merdeka Mengajar. Terima kasih sudah membaca. Semoga bermanfaat.

x

Sabtu, 15 Oktober 2022

Contoh Cerpen

 

NALEA

Karya:Sungging Raga

 

   Tidurlah, Nalea. Esok kita abadi.

   Gadis kecil itu memucat, bibirnya membiru karena dingin. Hujan belum juga reda sejak sore tadi. Jalanan basah dan sebagiannya menampakkan genangan pekat seperti menandakan begitu kelamnya kehidupan di kota ini.

    "Ini, pakai jaket," kata ayahnya. Lelaki itu menyentuh kening Nalea, dan memang terasa hangat."sepertinya kamu masuk angin."

     Mereka sedang berteduh dietalase toko. Kemilau basah lampu-lampu jala, papan reklame, juga sorot mobil dan motor, semua adalah cahaya yang menyelingi udara dingin disekujur kota

     Nalea masih berbarig di pangkuan lelaki it. Iaberkeringat, membuat helai rambutnya menempel di kening. Napasnya berat matanya setengah terpejam. Lelaki itu tak bisa membayangkan perasaan anak gadisnya setelah segala kejadian yang mereka alami: Kios seserhana mereka diangkut petugas penertiban siang tadi.

     Siang itu, Nalea sedang duduk di pinggiran taman kota. Seperti biasa, ia berkumpul dengan bocah sebayanya yang berpakaian lusuh. Adakah yang lebih menyenangkan melihat beberapa anak kecil tertawa riang, yang bahkan giginya belum lengkap, tapi tetap bisa merasa bahagia meskipun kehidupan ini sesungguhnya teramat keras? Namun, begitulah kebahgiaan mereka mendadak berhenti ketika mendengar suara keributan tak jauh dari arah belakang. Tampak beberapa petugas berseragam turun dari mobil. Rupanya hari itu ada penertiban preman, pengamen, dan pedagang asongan.

     "Weh, ada satpol!"

     Nalea segera teringat kios ayahnya yang berjarak sekitar 200 meter dari situ. Ia pun langsung berlari, menyebrang jalan, mengejutkan beberapa pengendara mobil yang lantas membunyikan klakson berkali-kali.

     Nalea teruz berlari. Ia melewati pedagang soto, pejalan kaki, tukang becak, tukang ojek yang sedang sibuk dengan gadget, dan orang-orang lain yang tak ada hubungannya dengan cerita ini. Namun, ada dua orang petugas yang terus mengejarnya.

     Gadis itu pun sampai disebuah kios kecil. Ia membuka pintu samping kios, membangunkan seorang lelaki yang tengah tidur berbalut sarung.

     "Ayah! Ayah! Aku dikejar satpol."

     "Ha?" Dalam keadaan setengah sadar, lelaki itu lantas meminta Nalea masuk. Namun hanya berselang beberapa detik sampai dua petugas itu menemukannya.

      "Oh, jadi kalian tinggalnya disini,"salah seorang petugas berkata, lalu mengambil HT, "Mobil kesini,200 m arah barat. Ada kios yang harus di angkut."

      Dalam keadaan masih tampak pusing, ayah Nalea mengajak anaknya segera membereskan beberapa barang seperti buntalan baju, rafio, dan tas. Mereka  harus buru-buru pergi jika tak ingin dibawa ke panti sosial.

      "Lho, hei mau kemana?"

      Lelaki itu menggendong Nalea dan segera menyelinap di pagar. Maka keduanya pergi, sambil sesekaali menoleh pda petugas yang sibuk merobohkan kios-kios semi permanen itu.

cerpen

 

Unsur-unsur Intrinsik Cerpen (Cerita Pendek)

  

Unsur-unsur Intrinsik Cerpen (Cerita Pendek)

Untuk menyelesaikan sebuah cerpen, tidak membutuhkan waktu yang lama. Kisahnya yang cenderung pendek dan kompleks kerap membuat pembacanya cepat terhanyut. Cerpen merupakan karya sastra yang dirancang untuk habis dibaca dalam sekali duduk. Meski kisah yang dihadirkan cenderung pendek, menulis cerpen bukanlah hal yang mudah. Penulis cerpen perlu berpikir bagaimana cara mengemas cerita dengan singkat dan jelas. Karya sastra yang satu ini bisa menjadi media yang cocok bagi kamu yang ingin mengungkapkan ide.

Pengertian Cerpen

Sumber: weheartit.com

Cerita pendek atau yang kerap disingkat cerpen merupakan salah satu bentuk karya sastra. Bisa dibilang cerpen adalah seni keterampilan menyajikan cerita dalam satu kesatuan.

Seperti namanya, cerpen merupakan kisah pendek yang memusatkan fokus pada seorang tokoh dalam satu situasi tertentu. Bisa disimpulkan bahwa cerpen adalah bentuk karya sastra yang berkonsentrasi menampilkan sebuah peristiwa atau kejadian.

Karya sastra yang satu ini juga kerap disebut sebagai fiksi prosa yang terdiri tidak lebih dari 10.000 kata saja. Secara umum, cerpen mengisahkan permasalahan yang tidak terlalu rumit tetapi tetap mengandung pesan dan amanat untuk para pembaca.

Kemudian kisah yang disajikan cerpen relatif singkat dan tidak benar-benar terjadi di dunia nyata. Kisah tentang narasi tunggal dengan struktur yang lengkap, mulai dari perkenalan, permasalahan, hingga penyelesaian masalah menjadi susunan penulisan cerita pendek.

 

Struktur Cerpen

Untuk mengenal lebih dalam mengenai karya sastra cerita pendek, artikel ini akan membawamu mengetahui struktur yang diperlukan dalam membuat cerpen. Karya sastra cerpen tentu memiliki struktur atau elemen dasar pembentuknya.

Struktur cerpen dibutuhkan untuk menyusun sebuah cerita atau kisah yang padu. Simak penjelasan berikut ini untuk mengetahui struktur atau elemen dasar yang membangun cerpen.

1.      Orientasi

Struktur pembentuk cerpen yang kedua ialah orientasi. Bagian ini difungsikan untuk memperkenalkan latar cerita atau setting, baik waktu, tempat maupun peristiwa. Orientasi atau yang kerap dianggap pengenalan situasi cerita mulai menata berbagai adegan, memperkenalkan tokoh, dan menjelaskan hubungan tokoh satu sama lain.

2.      Komplikasi

Struktur pembentuk cerpen selanjutnya adalah komplikasi. Elemen dasar yang satu ini menjadi bagian dimana berbagai konflik mulai muncul. Konflik yang dihadirkan dalam cerpen biasanya berwujud masalah, pertentangan, dan kesukaran-kesukaran bagi tokoh utama.

Pada bagian komplikasi kerap menampilkan penjelasan bagaimana sebab-akibat konflik yang terjadi antartokoh. Kemudian konflik yang terjadi mulai membentuk, mengubah atau memperlihatkan karakter tokoh yang sebenarnya.

3.      Resolusi

Pada bagian resolusi menjelaskan bagian akhir cerita mengenai berbagai sikap atau nasib yang dialami tokoh setelah mengalami peristiwa puncak. Struktur cerpen yang satu ini menghadirkan akhir dari penyelesaian atau konflik secara utuh. Kemudian resolusi juga kerap menampilkan kondisi akhir yang dialami tokoh utama dalam cerita.

 

Unsur Intrinsik Cerpen

Unsur-unsur intrinsik dalam cerita pendek, meliputi tokoh dan penokohan, alur cerita, latar, sudut pandang, tema, amanat, dan gaya. Berikut ini adalah penjelas lengkap mengenai unsur intrinsik dalam sebuah cerpen.

1.      Tema

Tema menjadi salah satu unsur penting dalam membangun sebuah cerita. Secara sederhana, tema merupakan gagasan sentral, dasar cerita, dan makna cerita.

Dapat disimpulkan bahwa tema ialah gagasan pokok yang ingin digambarkan penulis, baik secara tersurat maupun tersirat. Tema dalam sebuah cerpen dapat ditentukan dalam beragam cara, yakni sebagai berikut.

·         Pertama, tema dalam sebuah cerpen menghubungkan isi cerita secara keseluruhan dengan judulnya.

·         Kedua, tema akan menyingkap makna kalimat atau dialog kunci yang hadir dalam penceritaan.

·         Ketiga, tema dapat ditentukan lewat persoalan paling menonjol dan paling banyak menimbulkan konflik dalam lahirnya peristiwa cerita.

2.      Tokoh dan Penokohan

Salah satu aspek penting dalam membangun sebuat cerita fiksi, termasuk cerita pendek ialah tokoh atau pelaku. Ketika membaca atau menganalisis sebuah cerpen, kita kerap mempertanyakan “siapa tokoh pelakunya” atau “peristiwa yang terjadi menimpa siapa”. Individu rekaan yang mengalami peristiwa di dalam cerita disebut tokoh.

Tokoh dalam sebuah cerita terbagi menjadi dua, yakni tokoh utama atau sentral dan tokoh bawahan. Tokoh utama atau protagonis memegang peranan penting dalam sebuah cerita.

Kemudian terdapat kriteria khusus untuk menentukan tokoh utama. Apakah frekuensi kemunculan tokoh menentukan? Jawabannya tidak. Kriteria khusus untuk menentukan tokoh utama, yakni terlihat dari intensitas keterlibatan tokoh dalam berbagai peristiwa yang dibangun.

Unsur penokohan yang digunakan penulis berfungsi melukiskan apa yang dilihat, dipikirkan, didengar, dialami, dan dirasakan oleh tokoh-tokoh dalam cerita. Berkaitan dengan penokohan, penciptaan citra tokoh dan penyajian watak tokoh menjadi ciri utama penokohan.

Bisa dikatakan bahwa penokohan merupakan gambaran atau pelukisan yang jelas mengenai seseorang yang ditampilkan dalam sebuah cerita. Penggambaran tokoh dalam cerita umumnya bersifat masuk akal dan logis sehingga terasa seperti benar-benar terjadi.

Ada beberapa cara yang digunakan penulis untuk menggambarkan setiap tokoh dalam ceritanya. Beragam cara yang digunakan dapat membantu pembaca menganalisis unsur-unsur penokohan dalam cerita. Penggambaran penokohan dilakukan dengan beragam cara sebagai berikut.

·         Melalui perilaku atau gerak-gerik tokoh yang bersangkutan.

·         Melalui dialog antartokoh yang bersangkutan.

·         Sifat-sifat yang digambarkan oleh penulis.

·         Pelukisan lingkungan tempat tinggal tokoh, seperti tempat belajar, kamar, kolong jembatan, dan sebagainya.

·         Berbagai pandangan tokoh lain mengenai perilaku dan sikap tokoh yang bersangkutan.

3.      Latar

Latar atau dalam padanan bahasa Inggris disebut setting merupakan sebuah petunjuk, keterangan yang berkaitan erat dengan penggambaran tempat, waktu, dan peristiwa atau suasana kejadian yang berlangsung. Kemudian latar atau setting kerap diartikan sebagai landasan yang merujuk pada pengertian tempat, lingkungan sosial, dan hubungan waktu peristiwa yang diceritakan.

Dapat disimpulkan bahwa latar atau setting dibedakan atas latar tempat, latar waktu, dan latar sosial. Latar atau setting juga diyakini mampu memberikan pijakan cerita secara jelas dan konkret.

Hal tersebut penting dilakukan untuk memberikan kesan yang realistis kepada pembaca dalam menggambarkan suasana tertentu. Kesan realistis yang tercipta nantinya akan memberikan efek seolah-olah suasana yang dibangun benar-benar terjadi.

Latar atau setting tak hanya memberikan gambaran yang jelas mengenai peristiwa yang terjadi. Latar juga membantu penulis memberikan gambaran yang jelas tentang watak-watak tokoh yang dihadirkan.

4.      Alur cerita

Unsur intrinsik selanjutnya ialah alur atau plot cerita yang menjadi elemen fundamental dari sebuah cerita. Alur cerita atau yang kerap disebut plot hadir sebagai ruh atau jiwa sebuah cerita rekaan.

Secara umum, alur merupakan rangkaian peristiwa yang diceritakan penulis dari awal hingga akhir. Alur juga dapat diartikan sebagai rangkaian peristiwa yang terjalin dengan saksama dan diyakini mampu menggerakkan jalan cerita melalui berbagai kerumitan ke arah klimaks hingga menemukan penyelesaian.

Peristiwa yang terjalin nantinya akan memberikan efek tertentu dalam sebuah cerita. Lalu, bagaimana jalinan peristiwa itu dapat terwujud?

Jalinan peristiwa yang ditampilkan dapat terwujud melalui hubungan waktu dan hubungan sebab akibat dalam cerita. Jadi, dapat disimpulkan bahwa alur cerita atau plot adalah jalinan peristiwa atau struktur gerak yang terjadi dan saling berhubungan untuk membentuk satu kesatuan cerita.


5.      Sudut Pandang

Sudut pandang atau dalam padanan bahasa Inggris disebut point of view merupakan salah satu unsur intrinsik pembangun cerita. Sudut pandang atau point of view dalam cerpen akan membicarakan hubungan yang terjalin antara penulis dan alam kreatif imajinasinya atau hubungan penulis dan perasaan pembacanya.

Sudut pandang juga dapat berarti sebagai posisi pencerita dalam membawakan kisah sebuah karya sastra. Posisi pencerita tidak selalu identik dengan penulis itu sendiri.

6.      Amanat

Dalam hal berkarya, penulis tentu tak sekadar bercerita. Penulis juga ingin menyisipkan atau mengatakan sesuatu kepada pembacanya.

Maksudnya adalah penulis menaruh suatu masalah atau pandangannya mengenai kehidupan. Secara umum, pembuatan karya sastra akan memuat amanat atau pesan moral di dalamnya.

Amanat atau pesan moral yang terkandung tentu ingin disampaikan penulis kepada pembaca atau pendengarnya. Kemudian amanat atau pesan moral yang termuat dapat bersifat tersurat maupun tersirat.

Amanat atau pesan moral yang tersurat biasanya akan disampaikan penulis pada tengah atau akhir cerita dengan menyampaikan saran, nasihat, seruan, anjuran, dan larangan yang berkenaan dengan tema yang mendasari. Sementara amanat atau pesan moral yang tersirat dalam cerpen biasanya akan disampaikan penulis dalam memberikan jalan keluar dan disiratkan melalui tingkah laku tokoh dalam cerita.